Rabu, 13 April 2011

Cahyo, Sesalkan Sistem yang Nggak Jalan

Karena sistem yang tidak berjalan, bis 'butut' masih saja beroperasi di Indonesia. Dan, imbasnya carut marut transportasi dan kemacetan tetap saja mewarnai, terutama di ibukota Jakarta...  

Cahyo Setyabudhi dan Bis Kalisari/ Foto2 DokCahyo Setyabudhi dan Bis Kalisari/ Foto2 Dok
LIMA TAHUN silam atau tepatnya April 2007, tidak ada yang menyangka jika komunitas yang dibentuk bersama dengan tiga rekannya akan menjadi rujukan berbagai perusahaan otobis yang ada di Indonesia. Itulah BisMania Community, komunitas penggemar bis yang dibentuk Cahyo Setyabudhi bersama Harsono, Rianto Ortega dan Didik Setyadi.

Kala itu, Cahyo Setyabudhi dipercaya oleh anggota untuk menempati posisi sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjen) dengan masa bakti dari tahun 2008 hingga 2010. Sementara saat ini, posisinya di BMC menempati sebagai Anggota Dewan Penasihat bersama dengan Harsono, Rianto Ortega dan Didik Setyadi dengan masa bakti dari tahun 2010 hingga 2012.

Cahyo..Cahyo..Meski usianya baru menginjak 37 tahun, namun posisi Dewan Penasihat dipercayakan kepada Cahyo Setyabudhi mengingat dialah salah satu pelopor terbentuknya BisMania Community. Berkat saran dan masukannya hingga kini BMC tetap eksis bahkan anggotannya telah mencapai ribuan orang.

Tidak itu saja, bersama dengan rekan-rekannya saat pertama kali dibentuk, BMC juga telah mengunjungi beberapa perusahaan otobis yang ada di Indonesia seperti PO Nusantara, PO Pahala Kencana, PO Kalisari dan PO Sumber Alam. Selain itu, BMC juga telah mengunjungi beberapa perusahaan karoseri bus seperti Rahayu, Santosa, Morodadi Prima, Laksana dan Bayu Armada.

Untuk mengangkat nama BMC agar segala saran dan masukannya ditindaklanjuti, Cahyo dan rekannya juga kerap mengunjungi Dinas Perhubungan (Dishub) lembaga yang menguji dan memberi kelayakan atau tidaknya suatu bis bisa berjalan atau tidak. Selain itu, Cahyo juga gencar memberikan berbagai informasi terkait dengan bis lewat milis.

Pesan-pesan moral misalnya menjaga kebersihan agar bis menjadi nyaman dan aman pun kerap dilakukan Cahyo. Bahkan, BMC juga kerap mengadakan berbagai kegiatan bakti sosial seperti sunatan massal untuk keluarga awak bis seperti supir, kernet dan kondektur.

Disela-sela kesibukannya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Mabes Polri, Cahyo Setyabudhi menyempatkan waktunya untuk bertemu TNOL. Dan obrolan pun mengalir terkait perkembangan dan kondisi bis yang ada di tanah air.
**************
Selalu ada diantara bis...Selalu ada diantara bis...
Menurutnya, bis  sebagai armada transportasi kerap menjadi perbincangan khalayak ramai. Hal tersebut karena bis menjadi angkutan missal, untuk mengatasi berbagai kemacetan lalu lintas yang tidak  kunjung terselesaikan khususnya di Jakarta.

“Sekarang tugas saya memberi saran dan masukan terutama program kegiatan di BMC,” ucap Cahyo Setyabudhi mengawali obrolannya di kantor Markas Besar Polisi Republik Indonesia Jakarta, Senin (11/4).

Selain memiliki pengurus pusat, saat ini BMC juga telah memiliki beberapa pengurus koordinator wilayah (korwil) di daerah seperti di Bandung, Semarang, Kudus, Solo, Yogyakarta, Surabaya dan Malang. Semua kegiatan yang ada di daerah harus dilaporkan ke pusat sebagai laporan organisasi.

Menurut Cahyo, adanya kelompok masyarakat yang menjadi penggemar bis karena masing-masing bis mempunyai karakter yang berbeda-beda mulai dari karoseri, mesin dan fitur-fitur di dalamnya. Seperti bis bernama Raya yang usia bisnya sudah tua, namun peminat dan pelanggannya tetap setia hingga kini.
Foto dulu ah...!Foto dulu ah...!“Ternyata bis Raya menggunakan jok pesawat. Itulah yang menjadi daya tariknya sampai sekarang,” jelas pria kelahiran Madiun, 7 Agustus 1974 ini.

Cahyo mengakui, pertama kali tertarik pada bis memang pada tampilan luarnya saja. Setelah itu, baru kecepatan bis saat melaju. Untuk bis Antar Kota Antar Propinsi (AKAP) kecepatan laju bis menjadi daya tarik. Oleh  karena itu, hampir 90% anggota BMC menyukai bis karena kecepatannya yang melebihi di atas rata-rata.

Sementara mengenai spesifikasi bis diketahui dan dipahaminya setelah bergabung di BMC. Karena di BMC ada kegiatan berupa diskusi dan tukar informasi terkait dengan bis yang banyak digunakan masyarakat saat ini. Dengan mengetahui semua spesifikasi tentang bis tersebut, ia menjadi mafhum mana bis yang layak atau tidak ketika beroperasi.

“Terus terang saya ngerti lebih dalam tentang bus setelah bergabung di BMC. Kalau dulu tahunya mesin Mercy dan Hino. Ternyata di Mercy sendiri ada serinya seperti 1521, Prima, dan 1521 Intercooler. Hino pun macam-macam dari mesin RK dan AK baik mesin depan maupun belakang,” kata ayah dari satu anak bernama Salsabila ini.

Oleh karena itu, sambung Cahyo, jika ada bis yang tidak sesuai spesifikasinya, ia tidak segan-segan mengajukan komplain. Namun komplain tersebut dilakukan sesuai prosedur organisasi BMC. Artinya komplain yang diajukannya tidak bisa langsung mencak-mencak menyudutkan suatu perusahaan otobis.
Terus memberi masukan kepada perusahaan otobis...Terus memberi masukan kepada perusahaan otobis...
“Kita menyampaikannya secara orgnasasi dan memberi saran. Kurang ini, kurang itu supaya bis itu tidak ditinggalkan pelangganya,” ungkap lelaki yang hobi badminton dan fotografi ini.

Bahkan, untuk bis Transjakarta yang saat menjadi primadona bagi warga Jakarta. BMC juga memberikan saran dan masukan. Untuk Transjakarta, BCM bahkan telah diundang sebanyak tiga kali untuk mendiskusikan peningkatan kenyaman penumpang Transjakarta.

Sayangnya, lanjut Cahyo, dari saran dan masukan yang diberikan BMC, ada yang belum ditindaklanjuti. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat BMC untuk terus mencoba memberikan masukan yang terbaik untuk transportasi khususnya di Jakarta dan umumnya transportasi angkutan darat di Indonesia.

“Itu dilakukan agar tidak ada lagi bis yang kondisinya sudah tua dan mengeluarkan asap serta membawa penumpang secara berlebihan. Karena itu, demi keselamtan dan kenyaman bersama juga,” tegas Cahyo sembari mengatakan tidak disarankannya bis tua untuk beroperasi, juga sesuai dengan program yang sedang diusung pemerintah saat ini yakni go green.

Bis Tua
Cahyo dan buah hati...Cahyo dan buah hati...Banyaknya bis tua yang tetap beroperasi, ia menilai layanan angkutan transportasi khususnya bis di Indonesia masih sangat kurang. Berbeda jauh dengan di Singapura karena setiap lima tahun sekali, bis tidak boleh beroperasi. Menurut Cahyo, baiknya pelayanan bis di Singapura juga bukan karena tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi dibandingkan Indonesia.

Tetapi, beroperasinya bis-bis tua di Indonesia karena tidak adanya ketegasan dari pemerintah untuk menertibkannya. Padahal, bis tua juga bisa membuat boros bahan bakar dan perawatannya juga semakin mahal.

“Tinggal ketegasan pemerintah saja untuk menjalankan sistem dan aturan. Sistem aturan sudah bagus, tapi pelaksananya banyak oknum-oknum yang keluar dari jalur,” papar sarjana ekonomi ini meyakinkan.

Adanya oknum yang keluar jalur bisa terlihat pada tempat pengujian kendaraan yang berada di Pulogadung Jakarta Timur. Di tempat itu, semua bis akan diuji baik kelaikan dan fasilitas lainnya seperti lampu sen, lampu belakang dan emisi. Tapi pada kenyataannya, masih banyak bis yang kondisinya tidak memungkinkan bisa lolos dan tetap beroperasi mengangkut penumpang.

“Itu terjadi karena ada oknum-oknum yang sudah salah jalur. Padahal sistem  dan alatnya sudah ada tinggal melaksanakannya saja,” jelasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar