Rabu, 26 Januari 2011

Mantapnya Makan Soto Kompeni yang Rendah Lemak


Foto: Safari SidakatonFoto: Safari SidakatonSOTO  merupakan masakan yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. makanan berkaldu ini sangat beragam  seperti soto betawi, soto bogor, soto kudus, soto lamongan dan soto madura hingga mengambil nama dari bahan-bahan yang digunakan seperti soto ceker, soto babat dan soto ayam.

Kini, penggemar makanan soto pun disuguhkan dengan varian yang baru dan unik. Nama soto tersebut adalah Soto Kompeni. Soto ini bisa ditemui di Jl Kapten Tendean 18 B Jakarta Selatan atau tepatnya diseberang pom bensin Shell Tendean, Jakarta Selatan. Soto Kompeni memang beda dengan soto pada umumnya yakni  kuahnya yang ditambah kremer atau susu.
Foto: Safari SidakatonFoto: Safari Sidakaton

“Soto Kompeni bedanya dikuahnya. Kalau soto betawi kuahnya terbuat dari santan maka Soto Kompeni dari kremer,” kata Ibu Winarto, penjual Soto Kompeni medio Januari lalu.

Selain kuahnya terbuat dari kremer, ada juga perbedaan lainnya yakni Soto Kompeni diberikan minyak samin. Minyak samin digunakan agar rasanya lebih gurih dan sebagai penetral berbagai rempah yang menjadi bumbu di Soto Kompeni. Diantara rempah-rempah yang digunakan adalah bawang putih yang aromanya sangat kuat.
Foto : Safari SidakatonFoto : Safari Sidakaton
“Daging di Soto Kompeni juga pilihan karena menggunakan daging has sapi yang rendah lemak,” ungkapnya.Secara kasat mata, Soto Kompeni memang tidak terlihat beda dengan soto lainnya. Apalagi bahan-bahan yang digunakan juga sama seperti daging, kentang, tomat, daun bawang dan daun merah.

Namun ketika disantap dan dinikmati maka perbedaan tersebut sangat terasa.
Perbedaan sangat terasa ketika menyantap kuahnya yang terbuat dari kremer dan minyak saminnya. Rasanya sangat lembut dan tidak membuat bosan. Tidak heran, setiap harinya kedai yang buka selama 24 jam ini selalu didatangi pelanggan dari berbagai kalangan. “Banyak yang menikmati Soto Kompeni dari kalangan Tionghoa. Kalau orang Tionghoa saja sudah banyak menikmati berarti rasa Soto Kompeni bisa diterima,” papar Winarto bangga.
Foto: Safari Sidakaton.Foto: Safari Sidakaton.

Menurut Winarto, ide pembuatan Soto Kompeni berawal dari kebiasaannya memakan berbagai makanan yang mengandung lemah tinggi seperti soto betawi, soto makasar dan tongseng. Karena sering memakan makanan tersebut membuat jantung Winarto mengalami gangguan.

Karena tidak ingin kenikmatannya memakan soto menjadi kendala maka Winarto membuat kreativitas yakni tetap makan soto namun dengan kandungan lemah yang rendah. “Kalau makan soto betawi jarang ada yang nambah. Tapi kalau makan Soto Kompeni pasti nambah,” tegasnya.
Foto : Safari SidakatonFoto : Safari Sidakaton

Terkait dengan penamaan Kompeni pada soto, sambung Winarto juga bukan berarti berasal dari Belanda. Penamaan Kompeni karena merupakan gabungan dari berbagai bumbu atau rempah yang menjadi penyedapnya. “Bumbunya sama dengan soto betawi, bedanya di Soto Kompeni lemaknya kita hilangkan,” jelasnya.

Untuk bisa menikmati Soto Kompeni ini ada tiga pilihan porsi yakni Kapten, Sersan dan Serdadu. Jika memilih Soto Kompeni dengan porsi Kapten-karena ukurannya lebih besar  maka harganya Rp 20 ribu. Sementara Soto Kompeni Sersan harganya Rp 16 ribu dan Soto Kompeni Serdadu harganya Rp 12 ribu. “Harga itu belum dengan nasi. Kalau dengan nasi nambah Rp 3 ribu,” ujarnya.

'Master', Sekolahnya Anak Jalanan Depok

Belajar dalam suasana ala kadarnya../ Foto-foto: Safari TNOLBelajar dalam suasana ala kadarnya../ Foto-foto: Safari TNOLSelama ini kita selalu membayangkan jika menempuh pendidikan di tingkat SD, SMP dan SMA,  maka harus mengenakan pakaian seragam dan berpenampilan rapih. Itu menjadi kaharusan. Tapi, hal tersebut sangat berbeda ketika mendatangi tempat pendidikan di PKBM Bina Insan Mandiri. Atau lebih dikenal dengan Sekolah Master (Masjid Terminal) yang terletak di dalam sisi barat terminal Depok Jl Margonda Raya No 58 Depok.

Di sekolah ini, justru segala atribut yang mencirikan seorang siswa yang sedang menimba ilmu tidak terlihat. Siswa di sekolah ini bebas mengenakan pakaian apapun, baik hanya kaos lusuh, bercelana jeans atau apapun. Selain itu, penampilan setiap siswa di sekolah ini juga tidak dinomorsatukan. Karenanya, jangan heran jika ada siswa berambut gondrong atau yang bertato menempuh pendidikan di PKBM Bina Insan Mandiri.

Master, sekolah anak jalanan di terminal Depok/ Foto-foto: Safari TNOLMaster, sekolah anak jalanan di terminal Depok/ Foto-foto: Safari TNOL“Sekolah di sini santai tapi tetap serius. Tapi, tetap tidak mengabaikan rambu-rambu akademis,” kata Nurrohim, Ketua Yayasan PKBM Bina Insan Mandiri.

Menurut Nurrohim, para siswa yang belajar di PKBM Bina Insan Mandiri memang tidak diwajibkan mengenakan seragam seperti merah-putih untuk SD, putih-biru untuk SMP dan putih-abu-abu untuk SMA. Karena dengan pakaian seragam maka bisa memberatkan beban siswa atau orang tua siswa.

“Di sini tampilan tidak penting, tapi roh belajar tetap ada. Kita buat siswa untuk kreatif dengan tidak menghilangkan inti belajar. Kelas pun tidak harus dengan gedung mewah tapi kita ciptakan sekeliling menjadi media belajar,” paparnya.
Nurrohim Ketua yaysanNurrohim Ketua yaysan
Tidak diterapkannya berbagai aturan untuk para siswa, sambung Nurrohim, karena sebagian besar siswa yang belajar di PKBM Bina Insan Mandiri adalah anak-anak jalanan. Yang secara ekonomi saja tidak mampu untuk membeli berbagai macam keperluan sekolah, seperti seragam atau buku. Oleh karena itu, para siswa yang belajar di PKBM Bina Insan Mandiri tidak dipungut bayaran alias gratis.

Saat ini siswa yang tercatat ada sebanyak 2000 orang yang menempuh pendidikan dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA. Latar belakang mereka bermacam-macam seperti pengamen, pengasong atau anak terlantar. Para siswa tersebut ada diantaranya yang badannya dipenuhi dengan tato dan berpenampilan lusuh.

Siswa yang sedang melakukan penelitianSiswa yang sedang melakukan penelitianWaktu belajar di PKBM Bina Insan Mandiri terbagi tiga waktu, yakni, pagi, siang dan malam. Belajar malam biasanya dilakukan oleh para siswa yang siang harinya mencari uang di terminal dengan menjadi pengamen atau kernet mobil.

Anak Terminal
Karena banyaknya anak-anak jalanan yang belajar di sekolah tersebut,  maka tempat pendidikan ini begitu familiar di sekitar Terminal Depok. Jika menanyakan Master, maka hampir semua anak jalanan yang berada di terminal tersebut akan memberi tahu letak dan posisi sekolah tersebut secara tepat. Apalagi, sebagian besar anak jalanan di terminal Depok tinggal dan menempuh ilmu di sekolah tersebut.
Sekolah nyantai ala anak jalanan..Sekolah nyantai ala anak jalanan..
“Untuk anak-anak jalanan, metode belajarnya beda seperti memberikan bimbingan belajar atau kursus yang membahas soal-soal yang berkaitan dengan ujian. Apalagi mereka sekolah hanya untuk mendapatkan ijazah saja,” jelasnya.

Meski para pelajar belajar di Sekolah Master sangat santai, namun soal kelulusan jangan diragukan. Hampir 70% siswa yang belajar di Sekolah Master bisa menempuh Ujian Akhir Nasional (UAN) baik untuk tingkat SD, SMP dan SMA dengan nilai yang memuaskan.

Tidak heran, Sekolah Master mendapat berbagai macam penghargaan dari tingkat daerah hingga nasional. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya beragam piagam dan piala yang menghiasi ruang tamu di Sekolah itu.
Cukup familiar di lingkungan terminal Depok Cukup familiar di lingkungan terminal Depok Bukan itu saja,  enam siswa SMP Master, yakni Desi Sofiani, Budi Al-Ikda, Syafitri, Wahyu Zaelani, Deni Setiawan dan Sobirin juga bisa mengikuti perlombaan bidang studi matematika tingkat nasional di Senayan Jakarta pada Februari mendatang.

Saat ini tiga siswa SMA lulusan dari Master juga berhasil menembus menjadi mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Siswa yang berhasil masuk UI adalah Ais Rohim, Atikah (Jurusan Sastra Jawa) dan Ayat Khomeini (Jurusan Antropologi).

“Walaupun Sekolah Master bentuknya begini (sederhana) tapi soal pendidikan sudah standar nasional,” kata Dawa, salah satu guru di Sekolah Master dengan bangga.
Siswanya cukup berprestasiSiswanya cukup berprestasiGedung Sekolah Master memang ala kadarnya. Di Sekolah Master ada 9 ruang kelas yang masing-masing ruang ukurannya 5  x 7 meter. Rata-rata ruang kelas tersebut hanya berupa sekat triplek yang tidak berdaun pintu dan berjendela kaca. Di Sekolah Master ada juga ruang kelas berupa bekas kontainer.

Banyaknya prestasi yang telah diperoleh Sekolah Master, membuat sekolah ini kerap menjadi bahan penelitian dari berbagai lembaga. Hampir semua sekolah atau perguruan tinggi favorit di Negara ini pernah mengadakan penelitian di sekolah tersebut. Tidak itu saja, mahasiswa S2 juga kerap mengadakan penelitian di Sekolah Master.

Selain itu, 60 guru yang mengajar di Sekolah Master yang sebagian besar alumni sekolah tersebut ada juga yang lulusan S2 dari UI. Para guru tersebut tertarik mengajar di Sekolah Master karena metode belajarnya yang sangat berbeda dengan sekolah pada umumnya.    
Gaya anak jalanan yang sekenanya..Gaya anak jalanan yang sekenanya..Selain mengadakan kegiatan belajar mengajar, Sekolah Master juga melakukan kegiatan lainnya seperti pengobatan gratis untuk masyarakat yang dilakukan setiap hari.  Nikah massal dan sunatan massal yang dilakukan setiap enam bulan sekali.

Untuk saat ini, sangat banyak kekurangan fasilitas yang dperlukan Sekolah Master. Kekurangan tersebut diantaranya alat peraga belajar seperti komputer dan mesin percetakan. Selain belajar secara akademis, siswa yang menempuh pendidikan di Sekolah Master juga diajarkan berbagai macam ketrampilan seperti menyablon, mencetak kartu undangan, melukis, musik dan membuat diaroma ruangan.
 

Komutoku, Komunitas Pecinta Superhero Jepang

Foto: IstimewaFoto: IstimewaKOMUNITAS sedang berkembang pesat di Indonesia. Apapun kegiatannya jika memiliki kesamaan hobi atau tujuan maka dibentuklah satu komunitas untuk saling berinteraksi antar sesama anggota. Begitu pun untuk para penggemar film super hero Jepang yang saat ini banyak digandrungi masyarakat.

Para penggemar film super hero Jepang tersebut membentuk satu komunitas dengan nama Komutoku atau Komunitas Tokusatsu dalam bentuk forum online di web www.komutoku.com.  Dengan menggunakan forum tersebut maka para anggota dapat saling berhubungan setiap waktunya untuk saling bertukar informasi; gambar; film; lagu, merencanakan kegiatan atau sekedar berbincang-bincang.

Foto: IstimewaFoto: IstimewaTokusatsu merupakan penggabungan dari 2 kata “Tokushou”dan “Satsuei” yang berarti “film yang menggunakan efek dan teknik khusus dalam pegambilan gambar” atau singkatnya film ber-spesial efek. Namun seiring majunya zaman,arti dari istilah ini dipersempit menjadi “film super hero Jepang.”

Komunitas tersebut dibentuk tanggal 8 Mei 2007 lalu di Jakarta. Saat ini total anggota Komutoku telah mencapai 4870 orang yang tersebar tidak hanya dari seluruh Nusantara tapi juga ada sebagian dari Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand. Para anggota ini terdiri dari pencinta film, kolektor, penjual action figures and toys, cosplayer, pembuat kostum, pembuat film dan tim aktor "stunt".

Foto : IstimewaFoto : IstimewaMenurut Richfield Edbert Adiwijaya, Ketua Komutoku, dibentuknya Komutoku sebagai usaha menggapai pembaca majalah Henshin, majalah Tokusatsu berbahasa Indonesia. Namun karena majalah tersebut mengalami kebangkrutan maka para anggota membuat
web serta forum sendiri sebagai tindak lanjut dari menjaga keutuhan Komutoku yang sudah terbentuk sebelumnya.

“Total anggota Komutoku mencapai 4870 orang dengan rincian 3013 orang terdaftar di forum, 1531 yang terdaftar di Facebook dan 326 yang terdaftar di Multiply. Mereka tersebar dari seluruh Nusantara dan sebagian dari Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand,” paparnya.

Sebagai komunitas, sambung Richfield, Komutoku dikelola secara organisasi oleh orang-orang yang memiliki minat yang besar terhadap Tokusatsu. Dengan pengorganisasian yang profesional tersebut maka bisa memberi kekuatan dalam mengelola komunitas. Namun, walaupun dikelola secara professional tapi menjalankannya dilakukan secara kekeluargaan.
Foto : IstimewaFoto : Istimewa 
“Inilah yang membedakan Komutoku dengan forum Tokusatsu lainnya. Tidak ada senoritas ataupun jurang pemisah lainnya bagi setiap anggota. Pengurus bukanlah sosok yang harus didewakan. Mereka dipilih bukan karena pengetahuan yang dalam di dunia Tokusatsu, tetapi karena mempunyai fasilitas dan waktu yang lebih sehingga dapat mengelola forum dengan baik di samping kecintaan atas hobinya dan akhlak serta moral yang terpuji,” jelasnya.

Terkait dengan visi dari Komutoku, Richfield menuturkan, Komutoku dibentuk untuk menggalang seluruh fans Tokusatsu serta mendukung dan menindak lanjuti apresiasi fans ke depannya. Sedangkan misinya adalah  mengekspos eksistensi komunitas pada publik dengan memberikan pandangan baru terhadap film Tokusatsu sehingga keberadaan fans dan film di pasaran dapat memberi warna baru dalam industri perfilman di Indonesia.
Foto : IstimewaFoto : Istimewa 
Adapun genre Tokusatsu yang kerap menjadi pembicaraan para anggota Komutoku ada enam yakni, pertama, Kamen Rider (pengendara bertopeng), contoh : Ksatria Baja Hitam, Faiz, Blade. Kedua, Super Sentai (pasukan khusus super), contoh : Power Rangers, Goggle V. Ketiga, Metal Hero (pahlawan metal), contoh : Gavan, Sharivan, Jiban, Kabutack. Keempat, Ultraman (manusia ultra), contoh : Ultraman Tiga, Dyna, Gaia, Cosmos. Kelima, Kaiju (monster), contoh : Godzilla, Gamera, Mothra, KingKong versi Jepang, dan keenam, Other Hero* (pahlawan lain), contoh : Lionmaru, Megaloman, Garo, Sazer-X.
Sebagai komunitas, Komutoku juga telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya mengadakan gathering yang dilakukan setiap 2 bulan sekali dengan acara wajib saling menukar koleksi film dan pamer koleksi mainan/merchandise Toku lainnya, mengikuti acara-acara bertemakan kebudayaan Jepang dengan membuka stand, ikut cosplay atau hanya menjadi pengunjung.

Foto: IstimewaFoto: IstimewaSelain itu Komutoku juga kerap mengikuti berbagai kegiatan seperti pentas seni, pameran, road show film-film Tokusatsu buatan local dan membangun relasi dengan organisasi kebudayaan Jepang.  Oleh karena itu berbagai penghargaan telah diperoleh Komutoku diantaranya dari ajang Cosplay Cabaret Show, Toys Fair, Japan Carnival, Kuishinbo Sakura Festival, Super Hero Time, Jak-Japan Matsuri, ICE l Indonesian Consumunity Expo, Hello Fest, Art & Music Festival dan Batavia Art Fesitival.

“Penghargaan terbaru diterima Komutoku dari Panitia ICE (Indonesia Consumunity Expo) yang dimotori oleh Prasetya Mulya Business School & GramediamKompas berupa piagam atas prestasi Komutoku di kompetisi Cosplay internasional, AFAX 2010,” jelasnya. Nah, untuk jelasnya dan tertarik untuk bergabung di Komutoku klik aja www.komutoku.com/forum, komutoku.multiply.com dan Facebook search : Komutoku.

Sahabat Anak, Komunitas Penyayang Anak Jalanan

Kemeriahan Jambore sahabat anak, Sahabat Anak selalu peduli anak jalanan/ DokKemeriahan Jambore sahabat anak, Sahabat Anak selalu peduli anak jalanan/ DokSELAMA ini banyak pihak yang tidak memperdulikan nasib anak-anak jalanan yang tersebar di pinggiran ibukota. Tapi, tidak demikian dengan komunitas yang satu ini. Mereka, justru memperjuangkan anak-anak jalanan agar mendapatkan hak-haknya sebagai makhluk mulia yang diciptakaan Tuhan.

Komunitas yang konsens terhadap anak-anak jalanan itu adalah Sahabat Anak (SA). Komunitas ini dibentuk tahun 1997 oleh kaum profesional dan mahasiswa yang bergerak di bidang kesejahteraan anak kaum marjinal. Gerakan Sahabat Anak (GSA) merupakan ajakan bagi masyarakat untuk turut berperan aktif memperjuangkan terwujudnya hak-hak anak Indonesia. Dan Sahabat Anak mendukung gerakan “Stop beri uang, jadilah Sahabat Anak.”

Sahabat anakSahabat anakSekretariat komunitas ini terletak di Gang sempit yakni di Jl Tambak II RT 06/05 No 23 Komplek Polri, Pegangsaan Jakarta Pusat 10320. Namun berbagai program guna mewujudkan hak-hak anak Indonesia telah berhasil dilakukan. Saat  ini sudah ada 600 anak jalanan yang mendapatkan kegiatan rutin, yakni bimbingan belajar dari tujuh area SA yakni  Prumpung, Grogol, Cijantung, Gambir, Manggarai,  Tanah Abang dan Mangga Dua.

“Visi kami menyadarkan anak jalanan, bahwa mereka berharga sebagai manusia ciptaan Tuhan yang berharga dan mulia,” kata Natasha Mayestha, Humas Sahabat.

Menurut Natasha, ada 10 hak anak yang konsesn diperjuangkan Sahabat Anak. Sepuluh hak anak tersebut adalah hak untuk  bermain, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk mendapatkan perlindungan, hak untuk mendapatkan nama (identitas), hak untuk status kebangsaan, hak untuk mendapatkan makanan, hak untuk mendapatkan akses kesehatan, hak untuk mendapatkan rekreasi, hak untuk mendapatkan kesamaan dan hak untuk memiliki peran dalam pembangunan.

Natasha, Humas Sahabat Anak/ Foto: Safari TNOLNatasha, Humas Sahabat Anak/ Foto: Safari TNOLUntuk mewujudkan hak-hak anak tersebut maka berbagai kegiatan rutin pun telah dilakukan SA. Diantara kegiatan tersebut adalah Jambore Anak Jalanan, yakni kegiatan tahunan yang diselenggarakan dalam rangka Hari Anak Nasional 23 Juli dengan mengundang ratusan anak jalanan se-Jabotabek.
Untuk mengikuti berbagai acara, seperti pemeriksaan kesehatan, penyuluhan (AIDS, narkoba, hidup sehat, makanan bergizi), outbound, panggung gembira, games, dinamika kelompok, dan aktifitas edukatif-kreatif lainnya.

“Keunikan event ini adalah adanya pendamping (sukarelawan) yang menemani sang anak bermain, belajar dan berbagi kasih selama jambore berlangsung,” jelasnya.

Kegiatan lainnya yang kerap digelar SA adalah Pameran Pendidikan, yakni kegiatan yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional sebagai ajang unjuk prestasi bagi anak-anak binaan. Selain itu, SA juga menggelar Olimpiade Sahabat Anak. Melalui ajang olimpiade tersebut maka nilai-nilai positif, seperti sportifitas, kesehatan tubuh, saling menghargai, dan berkompetisi secara positif dalam berbagai perlombaan yang digelar – diharapkan dapat ditanamkan kepada adik-adik binaan SA.

Tidak kalah menariknya, setiap tahun SA juga menggelar Buka Puasa Bersama, Natal Gelandangan dan Ultah Massal. “Perayaan ulang tahun bagi anak-anak binaan dilakukan secara massal dalam periode tertentu
biasanya 3 bulanan,” paparnya.

Program Nutrisi
Program Nutrisi SAProgram Nutrisi SASetiap tahunnya SA juga menggelar program yang tujuannya agar anak-anak jalanan mendapatkan haknya. Tahun ini, SA menggelar program Nutrisi, yakni suatu program makanan bergizi yang tidak harus mahal. Pogram nutrisi dilakukan karena setidaknya ada 18 juta anak Indonesia yang kekurangan gizi.

Kampanye nutrisi sebagai hak anak  menjadi pesan utama yang diusung Sahabat Anak tahun 2010 ini. Sebagai Sahabat, Anda pun dapat berpartisipasi hanya dengan menyisihkan Rp 50.000 sebagai perhitungan biaya asupan nutrisi rutin bagi anak-anak marginal binaan Sahabat Anak. Dan distribusi momental bagi lembaga sejenis lainnya, dengan target 3.000 anak sejabodetabek selama 3 bulan berupa susu, kacang hijau, telur rebus, biscuit, agar-agar dan buah.

Sementara untuk menutupi kebutuhannya, SA juga membuat dan menjual berbagai merchandise sepeti kalendar dinding, kalender meja, mug, pin, tas dan kaos dengan logo pita biru sebagai simbol Sahabat Anak.
Beragam merchandise yang dijual Sahabat Anak untuk biaya sehari-hari/ Foto: Safari TNOLBeragam merchandise yang dijual Sahabat Anak untuk biaya sehari-hari/ Foto: Safari TNOLKomunitas Sahabat Anak berawal dari Jambore Anak Jalanan (JAJ) yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 1997, sejumlah voluntir yang terdiri dari mahasiswa, alumni, dan profesional – yang tergabung dalam kepanitiaan - melihat adanya satu kebutuhan esensial pada generasi anak kaum urban. Khususnya anak-anak jalanan di Jakarta - yakni pendidikan sebagai pendongkrak status, ekonomi dan karakter menuju fase yang lebih baik.

Bermodalkan komitmen ‘Purba’ (tanpa dukungan finansial, legalitas dan fasilitas mapan lainnya; namun murni semangat idealisme) Sahabat Anak ini lahir setelah melalui periode panjang dengan pembelajaran istimewa akan kerjasama. Dinamika filantropi, tantangan realita jalanan, pemahaman karakter anak jalanan yang unik, pengumpulan dana plus pertanggungjawabannya. Serta pencarian program kurikulum informal terbaik sesuai kebutuhan anak marginal tersebut.

PSSI Doeloe dan Nasibnya kini...

Tim Indonesia Doeloe..Tim Indonesia Doeloe..Di tengah prestasi sepak bola Indonesia yang terus terpuruk, bahkan organisasi induknya mengalami permasalahan yang pelik. Prestasi sepakbola Indonesia pada zaman pra kemerdekaan ternyata menjadi kebanggaan sehingga pernah berjaya hingga tingkat dunia. Saat  itu, justru tim nasional sepak bola Indonesia menjadi tim Asia pertama yang berpartisipasi di Piala Dunia FIFA pada tahun 1938.
Memang, kala itu mereka masih membawa nama Hindia Belanda dan kalah 6-0 dari Hongaria di Stadion Velodrome Municipale, Reims, Perancis. Waktu itu Indonesia tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12. Grup kualifikasi Asia untuk Piala Dunia 1938 hanya terdiri dari 2 negara, Indonesia (Hindia Belanda) dan Jepang. Indonesia bisa lolos ke final Piala Dunia 1938 setelah Jepang mundur dari babak kualifikasi karena sedang berperang dengan Cina.
Timnas Indonesia World Cup 1938/ istTimnas Indonesia World Cup 1938/ istPada tahun 1930-an, di Indonesia ada tiga organisasi sepak bola berdasarkan suku bangsa, yaitu Nederlandsch Indische Voetbal Bond (NIVB) kemudian ganti nama menjadi Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU) di tahun 1936 milik bangsa Belanda, Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB) punya bangsa Tionghoa, dan Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) milik orang Indonesia.
Berbeda dengan PSSI saat ini, PSSI era tahun 1930-an sangat dihormati oleh Nederlandsch Indische Voetbal Unie (NIVU)  karena Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB) yang memakai bintang-bintang dari NIVU kalah dengan skor 2-1 lawan Voetbalbond Indonesia Jacatra (VIJ) salah satu klub anggota PSSI dalam sebuah ajang kompetisi PSSI ke III pada tahun 1933 di Surabaya.
Karena memiliki tim yang kuat, akhirnya NIVU mengajak kerjasama dengan PSSI. Kerjasama tersebut ditandai dengan penandatanganan Gentlemen’s Agreement pada 15 Januari 1937. Dari perjanjian tersebut berarti secara de facto dan de jure Belanda mengakui PSSI. Perjanjian itu juga menegaskan bahwa PSSI dan NIVU menjadi pucuk organisasi sepak bola di Hindia Belanda.
Apa adanya namun sarat prestasi..Apa adanya namun sarat prestasi..Salah satu butir di dalam perjanjian itu juga berisi soal tim untuk dikirim ke Piala Dunia, dimana dilakukan pertandingan antara tim bentukan NIVU melawan tim bentukan PSSI sebelum diberangkatkan ke Piala Dunia (semacam seleksi tim). Tapi NIVU melanggar perjanjian dan memberangkatkan tim bentukannya. NIVU melakukan hal tersebut karena tidak mau kehilangan muka, sebab PSSI pada masa itu memiliki tim yang kuat.
Dalam pertandingan internasional, PSSI membuktikannya. Pada 7 Agustus 1937 tim yang beranggotakan, di antaranya Tan Malaka, Maladi, Djawad, Moestaram, Sardjan, berhasil mengalahakan 2-0 tim Nan Hwa dari Cina di Gelanggang Union, Semarang. Padahal Nan Hwa pernah menyikat kesebelasan Belanda dengan skor 4-0. Dari sini kedigdayaan tim PSSI mulai kesohor.
Atas tindakan sepihak dari NIVU ini, Soeratin, ketua PSSI yang juga aktivis gerakan nasionalisme Indonesia, sangat geram. Ia menolak memakai nama NIVU. Alasannnya, kalau NIVU diberikan hak, maka komposisi materi pemain akan dipenuhi orang-orang Belanda. Akhirnya PSSI membatalkan secara sepihak perjanjian Gentlemen’s Agreement saat Kongres di Solo pada 1938.

Nivu-PSSI-1938 World Cup-Indonesia-Ahmad-NawirNivu-PSSI-1938 World Cup-Indonesia-Ahmad-NawirKarena NIVU melanggar perjanjian maka tim yang berangkat ke Piala Dunia Perancis 1938 mayoritas orang Belanda. Mereka yang terpilih untuk berlaga di Perancis, yaitu Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir (kapten).
Mereka diasuh oleh pelatih sekaligus ketua NIVU, Johannes Mastenbroek. Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir adalah pemain-pemain pribumi yang berhasil memperkuat kesebelasan Hindia Belanda, tetapi bertanding di bawah bendera kerajaan Nederland.
PSSIPada 5 Juni 1938, sejarah mencatat pembantaian tim Hungaria terhadap Hindia Belanda. Mereka bermain di Stadiun Velodrome Municipal, Reims, Perancis. Sekitar 10.000 penonton hadir menyaksikan pertandingan ini. Meski strategi tidak bisa dibilang buruk, tapi Tim Hindia Belanda tidak dapat berbuat banyak. Pada menit ke-13, jala di gawang Mo Heng bergetar oleh tembakan penyerang Hongaria Vilmos Kohut.
Lalu hujan gol berlangsung di menit ke-15, 28, dan 35. Babak pertama berakhir 4-0. Nasib Tim Hindia Belanda tamat pada babak kedua, dengan skor akhir 0-6. Pada saat itu Piala Dunia memakai sistem knock-out. Meskipun kalah telak, surat kabar dalam negeri, Sin Po, memberikan apresiasinya pada terbitan edisi 7 Juni 1938 dengan menampilkan headline: "Indonesia-Hongarije 0-6, Kalah Sasoedahnja Kasi Perlawanan Gagah".
Tan Malaka Pemain Handal
Tan MalakaTan MalakaIndonesia pertama kali mengenal sepakbola dari penjajah Belanda. Saat itu bangsa Indonesia tidak diperbolehkan bermain sepakbola di lapangan sepakbola Belanda, karena dianggap tidak becus dalam bermain sepakbola secara profesional. Bahkan di tiap pintu masuk lapangan sepakbola Belanda selalu terdapat papan pengumuman besar bertuliskan "VERBODEN VOOR INDONESISCHE EN HOND", yang artinya "DILARANG MASUK BAGI ORANG INDONESIA DAN ANJING".
Perlakuan tidak etis yang dilakukan Belanda menggugah pintu hati salah seorang tokoh Indonesia yakni Sutan Syahrir. Dengan uang 2000 Gulden, Sutan Syahrir akhirnya membeli sebidang lahan di Kwitang yang digunakan untuk berlatih sepakbola secara profesional bagi bangsa Indonesia. Dan tahun 1932, Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) terbentuk dengan ketua Ir Soeratin Sosrosoegondo.
Tim Indonesia..Tim Indonesia..Tahun 1937  dunia mulai memperhitungkan kekuatan sepakbola Indonesia. Saat itu, tim sepakbola dengan pemain bintangnya Tan Malaka berhasil menang 2-0 atas klub Loh Hwa dari China. Bahkan Li Huitang, pemain terbaik China mengakui Indonesia bermain sangat baik, terutama Tan Malaka yang bermain sangat luar biasa dengan mencetak 2 gol kemenangan bagi Indonesia. Tanpa mengenakan sepatu alias nyeker. Sedangkan pemain klub Loh Hwa menggunakan sepatu sepakbola.
Kemenangan tersebut menjadi luar biasa karena tiga hari sebelumnya, Loh Hwa berhasil mengalahkan tim Belanda 6-0.  Kemenangan Indonesia rupanya sampai ke telinga FIFA, yang akhirnya memutuskan untuk mengundang Indonesia untuk menjadi peserta WORLD CUP 1938 di Perancis.
Namun pihak Belanda tidak mau kehilangan muka, sehingga mengirimkan tim sepakbola dengan nama Nederlands-Indië (Hindia Belanda) dan para pemainnya pun hanya menyertakan 3 orang asli Indonesia Suwarte Soedermadji, Anwar Sutan, dan Achmad Nawir. Sementara Tan Malaka sebagai bintangnya tidak diikut sertakan. Lantas, bandingkan dengan PSSI saat ini, sungguh ironis bukan?

Rabu, 19 Januari 2011

Jembatan 'Cinta' Pasar Rebo, Mangkalnya Anak Motor Memadu Kasih

Jembatan 'Cinta' Pasar Rebo, Mangkalnya Anak Motor Memadu Kasih
  

Jembatan Cinta Pasar Rebo dan pasang yang asoy/ Foto: FirmansyahJembatan Cinta Pasar Rebo dan pasang yang asoy/ Foto: FirmansyahJEMBATAN LAYANG (Fly Over) Pasar Rebo Jakarta Timur sudah lama dikenal sebagai 'Jembatan Cinta.' Julukan itu melekat seiring dengan diresmikannya jembatan yang menghubungkan jalan Kramat Jati dan Cibubur pada tahun 2005. Hampir setiap hari dari Senin hingga Minggu, jembatan ini selalu ramai dikunjungi oleh pasangan muda - muda terutama pengendara motor yang asyik memadu kasih. Alamaakk.... 

Dari pukul 16.00-24.00 WIB mereka terlihat menghabiskan waktu hanya untuk berdua-duaan merajut janji setia sehidup semati. Bahkan pada malam Minggu, jembatan ini akan semakin ramai dipenuhi pasangan muda - mudi yang berpacaran. Ketika berdua - duaan, rasa malu pun lambat laun lenyap. Mulanya berdempetan, berpegang tangan hingga akhirnya saling meraba dan ber-kissing ria di atas sepeda motornya. Halah...

Menurut Wardi, penjual buah dingin, banyaknya pasangan yang memadu kasih di jembatan layang Pasar Rebo, karena selain suasananya nyaman juga bisa melihat pemandangan yang lumayan bagus. Dari atas jembatan ini, para muda - mudi bisa melihat arus lalulintas di sekitar Pasar Rebo dan hiruk pikuk kehidupan masyarakat yang hendak berangkat dan pulang dari aktivitasnya.

"Pemandangannya enak kalau lihat dari atas jembatan. Kita bisa lihat apa saja dari atas jembatan," kata Wardi  diantara dereten pasangan muda yang terlihat asoy.
Jembatan dipenuhi pengunjung/ Foto: FirmansyahJembatan dipenuhi pengunjung/ Foto: FirmansyahMemang banyak keuntungan bagi muda - mudi yang bermesra-mesra di jembatan layang ini. Karena selain murah dan ekonomis, suasananya juga mendukung untuk memadu kasih ala jalanan. Selain itu, (view) pemandangan sekitar lokasi juga cukup indah dengan warna-warni lampu yang tampak gemerlap.

Bila Anda mengunjungi jembatan Pasar Rebo di senja hari maka dari jembatan layang ini kita bisa melihat indahnya matahari beranjak tidur ke peraduan (little sunset). walaupun tidak seindah dan sedramatis seperti bila melihat matahari tenggelam utuh (full sunset) dari bibir pantai.

Dari atas jembatan ini kita juga bisa melihat hiruk-pikuk kendaraan-kendaraan yang melintas. Berpacu. Kadang cepat, kadang sedang-sedang dan kadang lambat. Memandang persis ke bawah jembatan layang ini, kita bisa lihat deretan penjaja buah, pakaian dan berbagai kelengkapan rumah tangga. Selain itu dari atas jembatan kita juga menyaksikan kerumunan orang menunggu kendaraan umum, perempuan-perempuan seksi yang tergesa-gesa menyeberang, hingga bus dan mikrolet yang saling sodok-menyodok berebut penumpang.

Sedangkan bila memandang ke arah timur jembatan layang ini, terlihat bus-bus dari Terminal Kampung Rambutan tujuan Bandung, Tasikmalaya, Cikampek dan sebagainya memutar di dekat jalan layang. Sedangkan dari arah Barat (Ciputat, Lebakbulus, Pondok Indah), Utara (dari arah Kramatjati) dan Selatan (dari arah Bogor, Depok) berbagai bus dan mikrolet saling memacu menuju Terminal Kampung Rambutan sebagai tujuan akhirnya.
Jembatan Pasar Rebo di waktu malam/ Foto: FirmansyahJembatan Pasar Rebo di waktu malam/ Foto: FirmansyahDari atas jembatan layang ini pula, sejauh mata memandang ke arah timur, nampak menara Masjid At-Tien dan bangunan Keong Emas di Kompleks Taman Mini Indonesia Indah.
Bagi muda-mudi yang tengah di mabuk cinta, pemandangan tersebut sangat mengasyikan untuk bercinta. Apalagi berasyik-masyuk berdua di jembatan layang Pasar Rebo ini bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Jembatan layang ini cukup jarang dilalui kendaraan ketimbang jalur dibawahnya yang penuh sesak dan hiruk-pikuk manusia .
Nyamannya Jembatan Pasar Rebo diakui Ratna (nama samaran) yang berdua - duanya dengan Edi, pasangannya. Ratna mengaku, berpacaran di atas Jembatan Pasar Rebo selain nyaman juga murah di ongkos.

"Paling saya hanya mengeluarkan ongkos untuk beli buah - buahan dan minuman," kata Ratna sambil tersenyum.

Di jembatan ini selain digunakan muda - mudi untuk berpacaran, ada juga anggota keluarga yang menggunakan jembatan ini untuk rekreasi. Ketika TNOL bertandang, ada satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan dua anaknya yang menyaksikan pemandangan arus lintas dan kehidupan lainnya dari atas.

Tempat 'Pesta'
Suasana malam dilihat dari atas jembatan/ Foto: Firmansyah Suasana malam dilihat dari atas jembatan/ Foto: Firmansyah Sebagaimana tempat pasangan muda - mudi untuk berpacaran. Jika malam semakin gelap, jembatan ini juga akan diramaikan oleh sekumpulan anak muda yang bergerombol. Kumpulan anak muda ini terdiri dari 5 - 7 orang yang duduk dan nongkrong melingkar.

Menyaksikan kumpulan anak muda ini, ternyata mereka 'pesta' alkohol alias miras. Tidak terlihat jelas jenis minuman apa yang mereka nimum karena dilapisi plastik berwarna gelap.
Banyaknya pengunjung yang memadati jembatan ini memang membuat untung sejumlah pedagang asongan yang terdiri dari pedagang es, minuman, buah dingin dan rokok. Padahal sebelumnya saat jembatan ini baru diresmikan hanya ada 2 - 3 pedagang yang mengais rejeki.

Wardi mengakui berjualan di jembatan ini memang lumayan jika dibandingkan dengan lokasi di bawah jembatan. "Di sini ramai dan banyak anak muda yang nongkrong," jelasnya.

Pedagang yang mengais rejeki di jembatan, sambung Wardi, juga dikutip oleh oknum aparat sebagai uang keamanan. Setiap pedagang/hari dikutip uang sebesar Rp3000. Uang tersebut cukup kecil jika dibandingkan pendapatan dari berjualan di jembatan tersebut. Dari berjualan di jembatan, setiap harinya Wardi bisa menghabiskan ratusan potong buah dingin yang terdiri dari semangka, nanas dan melon. Uang yang didapat langsung disetorkan ke bosnya yang telah memberikan tempat tidur dan makan.

"Semua uang yang didapat saya setorkan ke bos, paling saya dapat Rp 20 - 30 ribu," ujar Wardi asal Madura ini.

Mengenai kondisi di atas, Herman, warga Cijantung, mengkritik aparat setempat, baik pihak kelurahan maupun kepolisian yang seakan tutup mata terhadap kondisi tersebut. "Udah bertahun-tahun seperti itu tapi enggak ditertibkan. Kayak pasar malam. Padahal, persis dibawah fly over ada pos polisi," ungkapnya.
Ia yang sudah tinggal selama 20 tahun di Cijantung menceritakan, bukan hanya motor yang diparkir seenaknya, melainkan terkadang mobil berhenti di atas fly over untuk sekadar membeli buah atau minuman. "Bahaya banget. Kendaraan yang lewat situ kenceng-kenceng," tuturnya.

Selasa, 04 Januari 2011

Muara Motor, 'Jawaranya' Bengkel Modifikasi Trail

Motor trail di bengkel Muara Motor sedang dimodifikasi/ Foto-foto: Safari TNOLMotor trail di bengkel Muara Motor sedang dimodifikasi/ Foto-foto: Safari TNOLBagi komunitas sepeda motor trail atau motor cross yang berada di Jabodetabek, Jawa dan Sumatera, pasti mengenal bengkel yang satu ini. Kenapa? karena bengkel ini menjadi salah satu rujukan untuk ‘membangun’ memperbaiki atau memodifikasi sepeda motor trail yang berada di wilayah tersebut.
Tak heran, pada akhir pekan atau hari libur bengkel ini menjadi tempat ngumpulnya para anggota komunitas sepeda motor trail. Adalah Muara Motor Bengkel yang terletak di Jalan Parung Serab RT 03/04 Tirtajaya Sukmajaya Depok. Pemilik bengkel ini adalah anak muda bernama Didi Hermansyah (28), putra asli Ciamis Jawa Barat.
Didi dan piala yang diraih bengkelnya..Didi dan piala yang diraih bengkelnya..Sudah enam tahun, Didi Hermansyah membuka bengkel yang mengkhususkan untuk sepeda motor trail. Didi, panggilan akrab lelaki  ramah ini mengaku membuka bengkel khusus sepeda motor trail setelah melepaskan hobinya terhadap mobil jeep. Apalagi ketika menekuni hobi mobil jeep tersebut, Didi mengalami kecelakaan hingga menyebabkan hidung tengkoraknya bergeser.
“Untuk main di jeep juga harus punya modal besar,” ujarnya kepada TNOL.
Berkat dorongan dari kedua orang tuanya, Didi pun beralih dari hobi mobil jeep ke sepeda motor trail dan bekerja pada bengkel sepeda motor di daerah Ciledug Tangerang. Berbekal menguasai mesin sepeda motor ditambah ingin mandiri, Didi pun berhenti pada bengkel tersebut dan membuka bengkel sepeda motor sendiri pada tahun 2004.
Perlu perhatian dalam 'meraciknya'Perlu perhatian dalam 'meraciknya'Berbagai prestasi telah didapat berkat kemahirannya ‘mengoprek’ sepeda motor trail, diantaranya adalah motor hasil ‘racikannya’ menjadi juara dikejuaraan motor cross dan adventure tingkat nasional baik untuk kategori standar, campuran dan modifikasi.
Menurut Didi, untuk membuat motor trail dari sepeda motor standar dengan mesin empat tak maka dibutuhkan waktu sedikitnya dua bulan. Lamanya waktu membangun sepeda motor trail karena berbagai komponen dari rangka hingga mesin harus dirubah sesuai dengan ukuran atau standar motor trail.
Sementara biaya untuk membangun sepeda motor trail secara keseluruhan dibutuhkan anggaran sedikitnya Rp 50 juta. Sementara, biaya yang dibutuhkan untuk membuat sepeda motor trail dari sepeda motor standar sedikitnya Rp 5-6 juta.
Dibanjiri order..Dibanjiri order..
“Untuk main sepeda motor trail memang harus siap dana. Karena banyak biaya tidak terduga yang harus dikeluarkan,” ujar lelaki kelahiran 27 Juni 1983 ini meyakinkan.
Dibanjiri Order
Sebagai bengkel dengan modal awal Rp 30 juta, Didi mengakui ada kekurangan di bengkelnya. Diantaranya, masalah peralatan, seperti kunci yang tidak komplet dan space atau tempat yang tidak memadai. Dari tempat yang tidak memadai inilah banyak sepeda motor trail yang harus parkir di luar area ketika sedang menunggu giliran untuk ‘ditangani.’
Muara motor langganan juara...Muara motor langganan juara...Karena kemahirannya mengoprek sepeda motor trail, jangan kaget kalau setiap minggunya bengkel Didi selalu kebanjiran order. Dibantu dua mekanik yakni Jajang dan Jaka Ria, setiap minggunya bengkel tersebut menangani sedikitnya 5-6 unit sepeda motor trail. Sedangkan jenis sepeda motor adventure yang ditanganinya sekitar 10 unit setiap minggunya.
“Saya akui ada kekurangan di bengkel ini. Tapi, soal kemampuan boleh diadu dengan bengkel lain,” papar lelaki yang hanya lulusan Madrasah Tsanawiyah (setingkat SMP) ini mantap.
Motor trail racikan Muara Motor bengkel... Motor trail racikan Muara Motor bengkel... Kemampuan yang dimaksud adalah menciptakan sepeda motor trail hingga bisa menjuarai berbagai event motor cross dan adventure. Itu terbukti, diantara piala yang telah disabet bengkelnya adalah piala FFA tingkat nasional untuk jenis sepeda motor campuran, standar dan modifikasi.
Uniknya lagi, untuk menciptakan sepeda motor trail tersebut, Didi hanya menggunakan alat pengukuran yang sederhana. Yakni, hanya berupa besi panjang yang disebut dengan besi siku. Dari besi siku tersebut akan diketahui posisi roda belakang dan depan secara tepat.
“99 persen ukuran dari besi ini bisa membuat sepeda motor trail simetris.”
Ia menambahkan, agar sepeda motor trail tetap bisa menjuarai berbagai event, selain didukung oleh joki yang handal maka perawatannya juga harus maksimal. Sedikitnya, dibutuhkan anggaran sebesar Rp 2 juta untuk membiayai pemeriksaan mesin, rangka dan membeli pelumas.
“Itu belum termasuk biaya tidak terduga yang harus dikeluarkan,” tandasnya.
 

Komunitas Anti Rokok Indonesia (KARI), Target Menutup Pabrik Rokok

Foto : IstimewaFoto : Istimewa
DUKUNGAN terhadap perlawanan bahaya merokok sepertinya sudah semakin kuat belakangan ini. Apalagi berbagai pihak juga telah mengakui tentang bahaya merokok yang diantaranya bisa mempengaruhi penampilan karena akan membuat wajah cepat tua hingga dapat memperpendek usia seseorang.
Satu diantara yang mendukung terhadap bahaya merokok adalah  Komunitas Anti Rokok Indonesia (KARI). Bahkan komunitas ini telah melakukan berbagai kampanye untuk mengampanyekan berbagai macam bahaya merokok. Mereka kerap turun ke jalan membagi-bagikan brosur tentang tidak ada manfaatnya merokok dan penyakit apa saja yang diderita bagi perokok dan orang lain.
Foto : IstimewaFoto : IstimewaMenurut Ricky Cahyana, Sekretaris Jenderal Komunitas Anti Rokok Indonesia, dibentuknya KARI berawal dari saling memberi dukungan  tentang bahaya merokok pada group milis. Karena dukungan semakin banyak maka para penentang rokok ini membentuk group online di Facebook (FB).
“Ternyata dukungan semakin banyak, maka pada tanggal 28 Desember 2008, group ini menjadi organisasi dengan nama Komunitas Anti Rokok Indonesia,” kata Ricky Cahyana yang dihubungi TNOL beberapa waktu lalu.
“Dalam group ini, diharapkan kita semua yang punya kesadaran akan lingkungan, bisa ikut ambil bagian dalam menjaga lingkungan terutama dari asap rokok. Yang pasti teman-teman sudah tahu bahwa rokok sangat berbahaya, bagi lingkungan ataupun diri kita sendiri. Mulai sekarang mari hidup sehat tanpa rokok,” paparnya.
Foto : IstimewaFoto : IstimewaSaat ini KARI telah mendapat dukungan dari berbagai pemerintah daerah khususnya dinas kesehatan di Indonesia, seperti Aceh, Medan, Pekanbaru dan Lampung. Tercatat sudah 19 propinsi yang telah memberikan mendukungan terhadap KARI untuk terus melawan bahaya merokok.
Bukan itu saja, saat ini KARI juga telah menjalin kerjasama dengan Komisi Nasional Anak dan Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk melawan bahaya merokok
“Kalau anggota KARI yang tercatat saat  ini sebanyak 3679 orang. Mereka berasal dari berbagai kalangan seperti mahasiswa, pelajar dan tokoh agama. Mereka memberikan dukungan terhadap berupa menuliskan berbagai literatur bahaya merokok di dinding FB KARI,” jelasnya.
Foto : IstimewaFoto : IstimewaRicky menilai, dukungan yang semakin banyak terhadap KARI karena sudah satu visi dan misi bahwa merokok sangat berbahaya bagi perokok itu sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, KARI kerap melakukan berbagai gerakan untuk melawan bahaya merokok.  Diantara gerakan yang dilakukannya adalah sosialisasi ke berbagai sekolah terutama di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di wilayah Bogor.
“Tahun depan kita akan melakukan kampanye anti merokok ke kampus-kampus,” tegasnya. Terkait dengan wilayah Bogor saja yang disosialisasikan tentang bahaya rokok, dengan merendah Ricky mengatakan, keberadaan KARI masih terbilang baru sehingga belum optimal bila keluar daerah. Namun pada masa mendatang KARI akan mengampanyekan bahaya merokok keluar daerah Bogor.
Foto : IstimewaFoto : IstimewaKetika ditanya apakah gerakan yang dilakukannya sebagai upaya untuk menutup pabrik rokok? Dengan tegas, Ricky mengatakan, penutupan pabrik rokok memang target KARI. Apalagi berbagai kompensasi yang dilakukan pabrik rokok tersebut tidak sebanding dengan dampak kerugian yang dialami masyarakat.
Foto : IstimewaFoto : IstimewaMengapa mempunyai target seperti itu? Alasan Ricky, karena saat ini jumlah perokok sangat banyak. Apalagi banyak iklan atau promosi rokok yang tidak ada batasannya sehingga membuat banyak anak-anak usia sekolah menjadi perokok aktif.
“Itu target jangka panjang sedangkan target jangka pendeknya adalah menekan jumlah perokok terutama anak-anak,” tegasnya.
Anda yang tertarik terhadap gerakan KARI dan ingin memberikan dukungan terhadap gerakannya? Silakan gabung di Face Book dengan menulis Komunitas Anti Rokok Indonesia (KARI). Anggota baru juga akan diberikan No.identitas keanggotaan dan Kartu anggota KARI.

Senin, 03 Januari 2011

Sambal pun Harus Beli

Thamrin Mahesarani/Safari Sidakaton   
Minggu, 02 Januari 2011 17:10
IstimewaIstimewaKenaikan harga cabai di akhir tahun 2010, baik merah atau rawit, hingga mencapai 125% dari Rp. 19.564/kg menjadi Rp. 44.312/kg, membuat sejumlah pedagang makanan melakukan berbagai trik agar keuntungan yang diperoleh tidak menyusut. Di antara trik yang dilakukan adalah membatasi sambal atau cabai, yang diberikan secara cuma-cuma kepada setiap konsumen. Atau jika tetap memberikan sambal atau cabai dalam jumlah yang lebih, maka akan menerapkan biaya tambahan kepada konsumen.
Biaya tambahan ini dilakukan oleh Agus (32), pedagang soto mie Bogor, yang setiap hari mangkal di Gang Syawal, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Agus mengaku menerapkan biaya tambahan, karena mengantisipasi kenaikan harga cabe yang terus membubung. Apalagi pendapatan yang diperolehnya tidak mengalami kenaikan, alias masih biasa saja.
Soto mie ya enaknya pedas. (Foto: Safari Sidakaton)Soto mie ya enaknya pedas. (Foto: Safari Sidakaton)“Kalau minta sambalnya di atas 2 sendok, ya saya kenakan biaya tambahan. Saya minta tambahan biaya seribu rupiah,” kata Agus yang ditemui TNOL, Jumat (31/12).
Harga satu porsi soto mie Bogor + nasi yang dijual Agus adalah Rp. 8 ribu. Jika minta sambal hingga mencapai 3-4 sendok, maka uang yang dikeluarkan untuk menikmati sotonya, adalah Rp. 9 ribu. Itu belum termasuk dengan harga minuman, soft drink, yang dijajakannya.
IstimewaIstimewaAdanya biaya tambahan sambal yang dilakukan Agus, ternyata dikeluhkan oleh salah satu pelangganya. Yanto, yang biasa menyantap soto mie Bogor ini, mengaku berat juga ketika seleranya menikmati makanan khas Bogor tersebut, harus diganggu dengan biaya tambahan. “Kayaknya enggak enak ya kalau minta sambal saja minta biaya tambahan,” keluhnya.
Trik untuk mengantisipasi kenaikan harga cabai juga dilakukan oleh Edi (33), pedagang gorengan yang biasa mangkal di depan Komplek Pertokoan DBest, Fatmawati, Jakarta Selatan. Bila sebelumnya Edi memberikan cabai berapa pun kepada setiap pembeli, maka sejak harga cabai terus meningkat, Edi hanya memberikan cabai kepada konsumen yang membeli gorengan di atas harga Rp. 5 ribu.
Sambalnya sesendok saja. (Foto: Safari Sidakaton)Sambalnya sesendok saja. (Foto: Safari Sidakaton)Jika ada konsumen yang membeli gorengannya dengan nominal Rp. 10 ribu, maka cabai yang diberikan juga dibatasi, yakni berkisar 10–12 butir saja. Sedangkan bila konsumen hanya membeli gorengan dengan harga Rp. 2 ribu maka Edi tidak akan memberikan cabai. Alasannya, bisa bangkrut dagangannya jika harus memberikan cabai kepada setiap pembeli.
“Sekarang cabai rawit sudah Rp. 60 ribu sekilo. Yang ada, keuntungan yang saya peroleh hanya untuk beli cabai,” jelasnya.
Namun Edi mengaku tidak tega juga, ketika ada konsumen dengan uang yang pas-pasan, menikmati gorengannya namun tidak mendapatkan cabai. Bila sudah demikian, maka dengan terpaksa, Edi memberikan cabai hanya beberapa butir saja.
Makan gorengan tanpa cabai, serasa jomblo di malam Minggu. (Foto: Safari Sidakaton)Makan gorengan tanpa cabai, serasa jomblo di malam Minggu. (Foto: Safari Sidakaton)“Ya saya berikan seadanya saja, dari pada kasihan rasa pedasnya gak ada,” jelasnya.
Namun jika beberapa pedagang menerapkan biaya tambahan atau mengurangi cabai atau sambal yang diberikan. Hal berbeda justru dilakukan Lili (26), pedagang mie ayam yang biasa mangkal di halaman Masjid Agung At-Tin, Jakarta Timur. Lili mengaku memberikan sambal beberapa pun yang diminta konsumen tanpa memungut biaya tambahan.
“Kasihan orang mau menikmati rasa pedas kok dikurangi. Yang penting mienya dimakan. Kalau sudah minta sambal tambahan tapi mienya tidak dimakan, itu yang membuat saya marah,” jelasnya.
Tanpa sambal, rasanya kurang rame. (Foto: Safari Sidakaton)Tanpa sambal, rasanya kurang rame. (Foto: Safari Sidakaton)Namun Lili mengaku untuk mengantisipasi kenaikan harga cabai, maka menerapkan dengan memberikan porsi air yang berlebihan setiap membuat sambal. Artinya, jika sebelumnya satu mangkuk sambal dengan komposisi 1 ons cabai dan 1gelas air, maka belakangan ini hanya membuat 0,5 ons cabe dengan ukuran air yang sama. Memang rasa pedas yang didapatnya jadi agak berkurang karena komposisinya lebih banyak air.
Hal inilah yang membuat Lili membiarkan, dan tidak menerapkan biaya tambahan, ketika ada konsumen yang meminta agar sambalnya dilebihkan. “Ya mau gimana lagi, cabai sekarang sudah selangit,” paparnya.