Bahkan, buatnya, bunyi detak jarum jam penghilang segala stres akibat kepenatan rutinitas yang kerap menghimpit kesehariannya ketika melakukan tindakan medik di rumah sakit. Jam buat Dr William begitu berarti sehingga dirinya tertarik untuk mengoleksi.
Saat ini Dr William mengoleksi sekitar 50 buah jam tangan buatan Jepang yang bermerk Seiko. Koleksi jam tangannya dari buatan tahun 1950 hingga 1960-an. Ia tertarik jam buatan Jepang karena mengandung falsafah hidup.Koleksinya pun tersimpan rapi dalam lima kotak yang kadang ia bawa dan dipamerkan saat mengadakan gathering di komunitas pencinta jam tangan. Biaya maintenance semua koleksi tersebut bisa menghabiskan Rp 50-100 ribu per bulan untuk setiap jam.
Menurut Dr William, kecintaannya pada alat penunjuk waktu tersebut berawal ketika bekerja di RS Siloam Tangerang. Saat itu dari pagi hingga malam dari Hari Senin hingga Sabtu, lelaki lulusan Fakultas Kedokteran Universitas
“Saat itu saya belum menikah sehingga tinggal di RS Siloam. Saya standby di kamar pasien dari pagi dan malam. Hiburannya hanya bunyi jam saja,” ujarnya saat ditemui kemarin.
Bunyi detak jarum jam, katanya, menjadi hiburan tersendiri dengan cara menempelkan jam tangan di telinganya. Dari bunyi tersebut, ia bisa mengetahui berapa detak bunyi yang dihasilkan dalam setiap detiknya. Setiap jam memiliki karakteristik yang berbeda ketika menghasilkan suara detaknya.
Ada yang menghasilkan suara detak sebanyak 1/6 detik, 1/8 detik dan 1/10 detik. Bukan itu saja, lelaki ramah ini juga bisa mengetahui jika jam mengalami kerusakan. Ini bisa diketahui dari bunyinya yang aneh dan berbeda dari kebiasannya.
“Jadi ketika suasana sudah hening sekali karena tidak ada pasien, di bangsal cuma ada saya, maka untuk menenangkan setelah capek dan stress karena besok banyak jadwal yang harus melakukan tindakan ini, tindakan itu, sebagai relaksasinya ya bunyi jam,” ungkapnya.
Ketika sudah menikahpun, kecintaanya terhadap jam tangan pun tidak pernah luntur. Bahkan, bertambah lengket dan mesra. Tidak heran, jam-jam koleksinya ditempatkan pada satu kotak dan kamar khusus. Setiap akan berangkat dan pulang kantor, Dr William pasti akan melakukan ‘ritual’ terhadap jam koleksinya yakni untuk melihat, membersihkan dan menggerakkan semua jam koleksinya. Jam digerakkan karena koleksinya adalah jam mekanik yang harus digerakkan selama 1-2 menit agar tetap bisa bergerak.
Selain itu, Dr William juga kerap akan membawa jam koleksinya ke kantor pada hari Sabtu dan Minggu. Biasanya ia membawa satu kotak yang berisi 5-6 jam tangan. Karena kecintaannya pada jam tangan tersebut, Dr William mengaku lebih sulit menentukan jam tangan ketimbang memilih busana atau sepatu yang akan dikenakannya.
Satu hal yang unik, meski sangat mencintai jam tangan, namun Dr William mengaku tidak akan membeli jam dari hasil gajinya. Biasanya, ia membeli jam tangan dari hasil bonus atau mendapatkannya dari hasil tukar menukar. Atau yang kerap dilakukannya adalah dengan cara menabung dan menghemat pengeluaran seperti makan siang atau yang lainnya.
“Biasanya kita nabung sedikit-sedikit. Kalau sudah terkumpul dan membeli jam yang kita cita-citakan, wah senang sekali.
Pada awalnya memang sulit untuk membendung segala keinginan untuk membeli jam tangan. Apalagi ketika dirinya belum menikah, maka gaji bulanannya bisa habis hanya untuk membeli satu buah jam tangan. Namun, setelah melalui proses pendewasaan, saat ini yang dilakukannya tidak lagi ‘mengejar’ kuantitas tapi kualitas dari jam tersebut.
“Untuk yang ini, saya selalu diingatkan oleh Pak Wiyono. Dia lebih bijak karena mainnya sudah lama sehingga dia selalu mengingatkan,” ucapnya.
Saat ini ada satu jam tangan yang menjadi kebanggaannya. Jam tersebut merk King Seiko buatan tahun 1965. Jam tersebut menjadi kebanggan karena pernah dikenakannya saat menikah. Selain itu, jam tangan tersebut juga tidak pernah mengalami masalah ketika dikenakan. Jam tersebut dibeli dari seorang kawan dengan nilai Rp 5,5 juta.
Bentuk King Seiko, katanya, sangat sederhana dan tanpa ada petunjuk tanggal namun menjadi istimewa karena menjadi impian seumur hidup. King Seiko menjadi istimewa juga karena jam tersebut merupakan leader produk atau cikal bakal sebelum diikuti varian Seiko lainnya.
“Jam ini diluncurkan saat mencari pangsa pasar. Jam ini merupakan the best-nya yang kemudian dilanjutkan dengan produk the best continue,” jelasnya penuh semangat.
Tertipu
Sebagai pecinta jam tangan, Dr William pun pernah mengalami masa yang menyakitkan. Ia pernah tertipu saat tertarik pada satu jam pilot dengan merk Longines. Ia tertarik pada jam tersebut karena kala itu masih gemar-gemarnya mengoleksi semua merk jam. Jam tersebut dibeli dengan harga Rp 4,5 juta padahal yang original jam tersebut senilai Rp 20 juta.
Merasa bangga mendapatkan jam tangan asli dengan harga murah, Dr William pun pamer dalan forum internet. Setelah foto tersebar ternyata ada satu member yang menyatakan secara tegas bahwa jam tangan yang dibelinya adalah palsu. Dengan kecewa ia pun langsung tidak tertarik dan meletaknya entah di mana.
“Saya menyebut uang yang saya keluarkan untuk membeli jam palsu, sebagai uang kuliah dalam proses belajar mengetahui jam yang original. Saya tahu ada uang kuliah yang nilainya ratusan juta,” paparnya sembari tersenyum.
Untuk menghindari supaya tidak tertipu saat membeli jam, Dr William menyarankan, ketika membeli jangan ikuti kata hati. Tapi, tanyakan dulu kepada ahlinya, apakah jam tersebut asli atau tidak.
“Sabar dulu saja. Kalau memang jodoh tidak kemana-mana. Kita tanya ke senior atau pembuatnya. Lebih baik tidak membeli daripada kita buru-buru tapi ternyata palsu,” tandasnya.