Kamis, 30 Desember 2010

ODOB, Onthelis Pecinta Kota Tua Batavia

ODOB, Onthelis Pecinta Kota Tua Batavia  


Safari Sidakaton


Bergaya klasik/ Foto-foto: Dok ODOBBergaya klasik/ Foto-foto: Dok ODOBKawasan kota tua (Batavia) yang terletak di bagian Barat Jakarta memang menyimpan banyak kenangan. Bangunannya yang artistik dan ditata dengan baik membuat banyak orang terpesona ketika melihatnya. Tak heran, diantara yang terpesona itu ada yang mengabadikannya menjadi sebuah nama komunitas.
Adalah para pecinta sepeda tua atau onthel yang menamakan dirinya Onthel Die Oud Batavia (ODOB). Komunitas onthel ini mengaku begitu mencintai kota tua. Bahkan, saking cintanya pada kota tua,  pembentukan ODOB sebagai komunitas berlangsung di Kota Tua Jakarta pada tanggal 29 Mei 2009.
Pengen melestarikan budaya..Pengen melestarikan budaya..“Misi kita membudayakan rasa cinta pada peninggalan sejarah, karena dengan cinta sejarah merupakan wujud penghargaaan kita terhadap budaya,” kata Andre Pranaza Hikmawan Damanik, SH,  Ketua ODOB pada TNOL belum lama ini.
Dan di ODOB, sambung Andre, panggilan akrab lelaki kelahiran 25 Februari 1975 ini, dengan mencintai kota tua, anggota juga bisa berolahraga dengan menggowes sepeda onthel- keliling kawasan kota tua khususnya yang ada di Jakarta.
“Dengan olahraga bersepeda dan beraktivitas, kita juga tetap jalin silaturahmi,” ucapnya.
Pose bak tempoe doeloe bersama anggota cewek..Pose bak tempoe doeloe bersama anggota cewek..Terkait dengan penamaan komunitas yang menggunakan bahasa Belanda, menurut Andre, hal tersebut agar terdengar lebih menyatu dengan status kota tua yang kebanyakan bangunannya berarsitektur Belanda. Dan arti Onthel Die Oud Batavia (ODOB) adalah sepeda onthel di Kota Tua Jakarta atau Batavia.
“Karena di Jakarta sudah ada komunitas sepeda onthel yakni KOBA (Komunitas Onthel Batavia) maka kami sepakat menggunakan bahasa Belanda agar terdengar membumi dengan status kota tuanya,” ungkapnya.
Lanjut Andre, dibentuknya ODOB adalah sebagai wadah untuk membahas berbagai keunikan yang ada di kawasan Kota Tua Jakarta dengan tetap bersepeda onthel. Jadi, jangan heran sejak awal pembentukannya, ODOB telah melakukan berbagai wisata sejarah, dengan bersepeda onthel untuk memaparkan situasi kota tua kepada anggotanya.
Menyusuri jalan...Menyusuri jalan...“Sepeda onthel yang digunakan untuk wisata kota tua karena moda transportasi masa lalu itu bentuknya unik. Apalagi, untuk sepeda jenis perempuan yakni dames,” ungkapnya menjelaskan.
Hingga saat ini berbagai kegiatan untuk mencintai kota tua telah dilakukan ODOB, diantaranya adalah wisata sejarah dengan menggowes sepeda onthel dari Bekasi ke Kota Tua Jakarta pada tahun 2009. Gowes onthel bersama rute Jakarta-Karawang tahun 2009.  Perjalanan gabungan menggowes sepeda onthel dari Jakarta–Bandung tahun 2010 dan Gowes Onthel Ekspedisi Karawang-Bekasi tahun 2010.
Selain itu, ODOB yang juga tergabung dalam KOSTI (Komunitas Sepeda Tua Indonesia) juga telah menghadiri berbagai undangan dari komunitas onthel daerah seperti ke Metro Lampung, Tegal dan Munas I KOSTI  di Surabaya.
Perempuan
Asyik menggowes..Asyik menggowes..Pada awalnya, anggota komunitas ini mencapai 10 orang. Namun seiring berkembangnya waktu- terlebih ada diantara anggotanya yang bergabung dengan komunitas onthel lain maka saat ini ODOB hanya memiliki enam anggota dan eksis hingga kini.
Biasanya saat menyusuri kawasan kota tua, para anggota ODOB mengenakan berbagai busana tempo dulu. Seperti berseragam tentara jaman pergerakan atau busana pembesar-pembesar Belanda yakni Sinyo atau None.
Uniknya lagi diantara enam anggota tersebut ada satu anggotanya yang berjenis kelamin perempuan. Enam anggota tersebut adalah Andre Pranaza Hikmawan Damanik, Yuli Indriyanti (perempuan), Dondy Putro, Robert Alexander, Dhidik Herlambang, dan Ogy.
“Tapi saya yakin dengan sisa enam anggota ini, ODOB bisa tetap eksis dan Insya Allah akan bertambah anggotanya,” jelasnya.